Lamongan terkenal sebagai salah satu daerah panas dengan sinar matahari sepanjang tahun. selain itu, juga terkenal sebagai Kabupaten penghasil ikan laut dan ikan budidaya. Adanya 2 potensi besar ini mendorong salah seorang Warga LDII Lamongan berinovasi dengan membuat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dimanfaatkan untuk budidaya udang vanami secara intensif di Kolam Ikan yang terletak di Desa Geger Kecamatan Turi.
Sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di Indonesia, Tahun 2021, Lamongan menghasilkan 80 ribu ton ikan laut dan sekitar 60 ribu ton ikan hasil budidaya (lamongankab.go.id). Kegiatan budidaya ikan di Lamongan diusahakan di lahan tambak, sawah tambak, keramba maupun jaring apung, bahkan orang Lamongan juga budidaya ikan di pekarangan rumah. Seperti yang dilakukan oleh Hamam, Sarjana teknik yang juga berprofesi sebagai petambak ikan dan udang ini menggunakan keahlian tekniknya di bidang pertanian dan perikanan. Dalam budidaya udang vanami, Hamam membuat pembangkit listrik tenaga surya untuk menjalankan alat dan mesin yang digunakan dalam memproduksi udang vanami secara intensif. “Saya lulusan S1 Teknik Sipil namun saya memang suka di sawah baik perikanan maupun pertanian,” katanya.
“Allah telah memberikan kita energi matahari yang luar biasa, apalagi saya tinggal di Lamongan yang panas dengan energi matahari yang jauh lebih banyak. Ini merupakan karunia Allah SWT, sebagai wujud kesyukuran saya ya energi matahari ini saya manfaatkan semaksimal mungkin. Energi matahari kita tangkap di PLTS dan bisa dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, seperti budidaya udang ini,” Ucap Hamam saat wawancara dengan lines Lamongan.
Hamam, yang juga Wakil Ketua DPD LDII Lamongan ini menceritakan, petani dalam menjalankan usaha taninya itu membutuhkan banyak alat. Apalagi kalau budidaya udang vanami secara intensif, otomatis membutuhkan banyak sekali alat-alat, sedangkan semua alat tersebut membutuhkan banyak sekali energi listrik yang harus kita siapkan. Kalau biaya untuk listrik terlalu banyak ya bisa mengurangi hasil usaha, bahkan bisa rugi. Dari hal itu Hamam berpikir harus ada solusi bagaimana caranya untuk menghemat energi listrik yang dibutuhkan sehingga bisa mengurangi biaya pengeluaran usaha perikanan.
“Awal mula saya semakin mantap untuk mewujudkan PLTS, dikarenakan pada saat saya masih menggunakan listrik PLN, suatu ketika listrik padam dan saya di luar kota ketika saya balik ke rumah Ikan-ikan mati semua,” Hamam melanjutkan ceritanya.
Lebih lanjut Hamam menjelaskan, Budiaya udang vanami intensif itu memang kepadatannya tinggi, kalau kepadatan tinggi maka kebutuhan oksigen harus terpenuhi sehingga kincir atau aerator harus selalu aktif, untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Ketika listrik mati, otomatis udang vanami yang dipelihara juga mati. Pengalaman dengan banyaknya udang yang mati ketika listrik PLN Padam ini membuat tekad Hamam semakin kuat. Bagaimana caranya agar usaha tetap terus berjalan dan tidak terpengaruh karena suatu hal yang tidak disangka-sangka.
Untuk perakitan PLTS, Hamam mengajak berhitung berapa daya yang dibutuhkan dahulu, sehingga bisa menentukan akan membuat PLTS dengan kapasitas berapa. Apabila menggunakan daya 900 KVA , maka dikalikan dengan kebutuhan total dalam 1 hari atau 24 jam. Satu panel dengan daya 100WP, berarti dalam satu hari kemampuannya itu bisa mengambil energi dari matahari itu bisa mencapai 500 Watt. Misalkan kebutuhan kita 10.000 watt dalam hitungan 24 jam, termasuk ada Kincir, ada dinamo, ada pompa air, dan sebagainya. Kebutuhan total keseluruhan dihitung kemudian baru dihitung kebutuhan-kebutuhan yang lain termasuk Aki, controller dan sebagainya.
Hamam juga menjelaskan sistem kerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya mulai dari Awal. Pertama, mulai dari matahari ditangkap oleh panel panel surya, kemudian turun langsung ke control panel , dari control panel nanti turun ke AKI dari AKI ke Inverter kemudian dihubungkan ke Panel MCB, kontraktor, atau accesories lain untuk mengatur kestabilan Daya output AC. Baru setelah itu disalurkan ke mesin-mesin untuk budidaya udang secara intensif. Contohnya ketikan air keruh otomatis dikuras dengan megunakan pompa otomatis.
Wakil ketua DPD LDII ini menjelaskan, kalau tenaga surya itu dirakit dengan biaya yang besar bisa cepat, nggak sampai satu minggu. Tentunya hal itu didukung oleh modal cukup, sehingga bisa cepat selesai. “Saya ingin buktikan bahwasanya petani bisa membuat panel surya. Saya sudah mencoba pakai energi panel surya untuk pengoperasian alat pemberian pakan secara otomatis hanya dengan 1 unit panel surya,” Katanya.
“Untuk membuat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) itu tidak harus mahal, bisa dimulai dari kecil dan disesuaikan dengan budget,” kata Hamam yang juga Perangkat Desa Geger ini menjelaskan pada warganya.
Hamam juga menerangkan Penggunaan PLTS sebetulnya hampir sama dengan penggunaan PLN. Dalam penggunaan PLTS agar kita ini tetap bisa terukur dan tidak sampai kurang tenaga artinya tenaganya cukup itu harus ada penataan instalasi, penataan operasional, Untuk budidaya udang secara intensif PLTS dapat digunakan untuk menggerakkan kincir untuk sirkulasi udara dalam air, pompa air untuk sifon atau untuk menguras air yang keruh, untuk lampu-lampu mesin, dan mesin-mesin lainnya. Banyak sekali yang bisa dimanfaatkan dari tenaga surya itu.
Untuk keuntungan PLTS nya yang pertama adalah kita hemat energi, kita hemat pengeluaran listrik bulanan. Pernah tagihan listrik PLN saya ini satu bulan kurang lebih hingga Rp. 800.000 bahkan pernah sampai Rp. 1.000.000. Saya berfikir, kalau terus tagihan sebanyak ini, bagaimana dengan hasil akhirnya usaha saya, khan tidak untung. Kedua, keuntungannya PLTS ini listrik ramah lingkungan, “saya ini kan orangnya takut listrik nggak berani otak Atik kabel listrik meski pegang tespen. Kalau listrik PLTS ini khan DC, walaupun di dalam air kabel terkelupas ya nggak apa-apa. Selain itu kita kan punya anak kecil takut kena listrik,” kata Hamam.
“Dengan terpenuhinya listrik dari PLTS, kita bisa kerja dirumah, kita memanfaatkan lahan kosong untuk budidaya udang dengan kontruksi beton di depan rumah sendiri,” tuturnya.
Dengan pemanfaatan PLTS untuk budidaya udang vanami, Hamam berharap petani bisa mengerjakan usahanya dengan mudah tapi bisa menghasilkan produksi yang sangat mewah. Pengerjaan lahan dengan mudah, secara otomatis dan hasilnya meningkat.
“Sistem yang saya terapkan ini termasuk Smart farming karena saya bisa mengontrol kondisi Tambak dengan menggunakan HP Android dari jarak jauh. Ketika air keruh bisa saya kontrol kemudian saya keluarkan airnya dan diganti dengan air yang bersih, itu semua secara otomatis melalui HP. Untuk pemberian pakan udang vaname juga kita gunakan autofeeder yang bisa dikontrol secara otomatis melalui HP,” ungkap Hamam .
Dengan pemanfaatan PLTS untuk budidaya udang vanami, Hamam berharap petani itu bisa mengerjakan lahan dengan mudah atau dengan cerdas dan bisa menghasilkan hasil yang istimewa. “Hasilnya berlimpah pekerjaannya mudah itulah harapan saya. Semoga petani bisa tetap semangat dan sukses”.
Menyikapi pandang masyarakat yang menganggap seakan-akan kalau membuat PLTS itu biayanya mahal, memerlukan biaya puluhan bahkan ratusan juta, menurut hamam, untuk bisa membuat satu unit PLTS sekala kecil atau sekala rumah tangga bisa dibuat dengan budget hanya 2,5 juta sampai 5 juta rupiah.
Menurut ketua DPD LDII Kabupaten Lamongan Haji Agus Yudi, program PLTS ini sebagai bentuk pemanfaatan dan penerapan energi baru terbarukan (EBT) sesuai dengan rencana jangka panjang LDII, yaitu mensukseskan salah satu dari 8 bidang pengabdian LDII untuk Bangsa Indonesia. Harapannya bisa dikembangkan untuk kemaslahatan umat atau masyarakat Lamongan khususnya dan Indonesia umumnya.
“Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya ini akan kita sinergikan dengan program pemerintah daerah kabupaten Lamongan,” Pungkas Agus.