Lamongan (18/12) – PMS hari pertama apa yang harus dilakukan?, demikan pertanyaan Tatik Srirahayu Ningsi, S.Pd mengawali Seminar Pembinaan Pramenstruasi dan Pubertas Wanita LDII Kecamatan Karanggeneng. Seminar yang diadakan di Aula Masjid Al Mizan ini dipandu oleh Danti Indriastuti, S.Si dan diikuti 25 peserta wanita LDII yang juga berprofesi sebagai guru ngaji kelas pra remaja se-Kecamatan Karanggeneng, pada minggu (18/12/2022).
“Perlu kita ketahui, sebagian besar anak perempuan merasa takut dan bingung saat mengalami PMS hari pertama. Saat anak haid pertama kali mungkin ia akan merasa kebingungan bahkan cemas. Maka, sebelum itu terjadi pada anak kita, sebaiknya dijelaskan dulu pada anak tentang hal-hal dasar menstruasi,” Terang Tatik melanjutkan materinya.
“Pada seminar ini sasarannya adalah guru ngaji kelas pra remaja putri dan orang tua. Mereka akan kita berikan cara membina pra remaja putri menghadapi PMS hari pertama. Kenapa sasarannya guru ngaji?, karena biasanya kalau orang tua sendiri yang menjelaskan ada rasa sungkan, malu dan lain sebagainya. Guru ngaji biasanya didengarkan oleh pra remaja putri kita,” Lanjutnya.
Tatik, yang juga Pengurus Keputrian Wanita LDII Lamongan ini menerangkan, Remaja itu masa transisi/peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. dalam mas inilah anak mengalami perubahan dan perkembangan baik secara fisik dan psikis. pada masa remaja ini dicirikan dengan adanya transisi dan perubahan, emosi yang tinggi dan menuntut kebebasan, masa bermasalah dan muncul ketakutan-ketakutan, masa pencarian identitas dan juga masa yang tidak realistis.
“Maka orang tua dan orang yang lebih tua, termasuk guru ngaji harus hadir dan membantu pra remaja dan remaja membantu menemukan solusinya. jangan biarkan anak itu mencari-cari sendiri. Apalagi saat ini zamannya internet dengan berbagai informasi positip dan negatifnya,” tegas Tatik.
Lebih lanjut, Tatik memberikan solusi bagi orang tua tua ketika menghadapi anak yang pms pertama. “Pertama terlebih dahulu kita harus opening kepada anak-anak kita,
bicarakan sedini mungkin kepada anak tentang menstruasi supaya anak-anak juga bisa mencari edukasi tentang pms, karena sekarang anak-anak usia 9 tahun sudah ada yang mengalami menstruas,”.
“Kedua, kita orang tua hendak nya bisa memberi ketenangan saat anak kita cemas, takut, bingung dengan pms, bahwa menstruasi itu adalah hal yg alamia kodrat nya wanita dan jika anak-anak sudah mens itu tanda nya sudah baliqh,” lanjut Tatik.
“Ketika anak-anak mengalami nyeri perut saat mens, mudah marah, khawatir, maka kita anjurkan anak-anak kita memperbanyak minum air mineral, dan kita supaya mengingatkan agar anak bisa kontrol emosi karna ini semua gejala sesaat waktu menstruasi, Tatik menjelaskan point yang ketiga.
Memperkenalkan pembalut kepada anak menjadi salah satu point penting menurut Tatik, “Karna sekarang ada banyak macam pembalut. Jadi kita kenalkan pembalut yg aman dan nyaman juga sehat, kita berikan ilmu tata cara memasang pembalut, mengganti pembalut setiap 4 jam sekali dan bagaimana cara membuang pembalut yaitu dengan kita bungkus kresek lalu di buang di tempat sampah,” lanjutnya.
Terakhir, mencari waktu yang tepat untuk menjelaskan semua ini. Bahwa peristiwa menstruasi itu peristiwa yang wajar dan sudah di jelaskan di dalam lquran. “Perlu difahami ya Bun, Tentu nya menjelaskan semua ini tidak bisa dalam waktu sehari, jadi pelan-pelan saja dengan keadaan santai dan nyaman,” tambahnya.
Pada penghujung acara seminar, diisi dengan game dan kuis tentang isi acara seminar. Peserta yang bisa menjawab kuis dengan nilai tertinggi mendapatkan souvenir dari panitia.
Saat diwawancarai Lines Lamongan, Sekretaris PC LDII Kecamatan Karanggeneng, Ridwan Hadi menjelaskan, bahwa kegiatan keputrian ini rutin diadakan setiap tahun, minimal sekali, dengan tema yang berbeda. “Sebelum Covid-19, kita mendatangkan psikolog dari Surabaya, Sovia Sahid untuk memberikan parenting skill di depan 400 Wanita LDII PC LDII Karanggeneng,”.
“Kegiatan ini salah satu upaya untuk memberikan tambahan pengetahuan untuk orang tua dalam mendidik anak. Karena kita ketahui, bahwa tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Tapi kita dituntut untuk sukses mendidik anak-anak kita menjadi Sholih sholihah, berakhlakul karimah dan mandiri,” Pungkasnya.