Kediri (25/7). Sebagai upaya mencegah dan menanggulangi radikalisme, terorisme dan intoleransi di kalangan santri, Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kota Kediri bekerja sama dengan Dit Binmas Polda Jatim menyelenggarakan penyuluhan, Selasa pagi (23/7).
Dit Binmas Polda Jatim yang diwakili Kasubditbintibsos Dit Binmas Polda Jatim AKBP Bahrun Nasikin mengatakan, Binmas Polda Jawa Timur ini memiliki program prioritas Kapolri dalam rangka menangkal radikalisme terorisme menyongsong Indonesia generasi emas tahun 2045.
“Menurut Menko Polhukam, ada 4 hambatan yang harus kita antisipasi, yaitu maraknya Narkoba, maraknya korupsi, maraknya radikalisme dan terorisme, serta adanya gerakan separatism,” ungkap AKBP Bahrun Nasikin.
Oleh karenanya, kepolisian memperkuat tugasnya yaitu preemtiv, preventif dan penegakan hukum. Preemtif itu adalah mengubah mindset cara pandang, itulah tugas dari pada Binmas. Preventif adalah meniadakan kesempatan, itulah yang dilakukan oleh satlantas atau saban. Ketika sudah terjadi yang namanya kejahatan, dilakukan penegakan hukum oleh reskrim.
“Kehadiran saya disini sebagai fungsi preemtif, untuk memberikan pengetahuan informasi kepada para mubalighin dan mubalighot ini untuk menyebarkan wawasan kebangsaan, cinta tanah air, mencegah maraknya intoleransi, radikalisme dan teroris, 2045 yang akan datang genap 100 tahun Indonesia Merdeka menjadi negara 4 besar di dunia,” ujar AKBP Bahrun Nasikin.
Melalui pembekalan ini, ia berharap para santri Ponpes Wali Barokah Kediri yang nantinya menjadi ustadz dan ustadzah jadi kepanjangtanganan Polda Jatim dapat menyebarkan moderasi beragama kepada masyarakat. Sebab, Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dan beragam, sehingga sangat berpotensi untuk diadu domba. Santri sebagai penerus bangsa yang akan menjadi stage holder generasi emas harus diberikan pembekalan yang mewadahi, diantaranya wawasan kebangsaan. Santri juga diberikan pengenalan Indonesia secara menyeluruh, supaya mereka paham tentang dasarnya Pancasila, bentuk NKRI dan semboyannya Bhineka Tunggal Ika serta Konstutusi UUD 1945.
AKBP Bahrun Nasikin juga mengungkapkan penyebab seseorang menjadi radikal. Diantaranya, pemahaman agama yang parisal, tidak tahu sejarah dan terpengaruh oleh budaya luar yang tidak pas diterapkan di Indonesia. Seperti, faham ingin mendirikan negara Islam.
“Indonesia sudah menjadi konsensus oleh para pendiri bangsa yang lebih pas itu NKRI dan dasarnya Pancasila. Dan ini juga tidak bertentangan dengan agama. Bahkan, kita sebagai beragama Islam, itu selaras ajaran agama. Ini yang perlu kita bumikan kepada masyarakat,” jelasnya.
AKBP Bahrun Nasikin juga menyinggung judi online yang marak akhir-akhir ini. Dampak kerugian yang ditimbulkan sangat besar, bukan hanya pelaku judi itu sendiri, tetapi orang-orang sekitar juga ikut merasakan. “Jadi judi online ini adalah bentuk perjudian modern sehingga harus dikikis habis supaya tidak merebah. Ini menjadi perhatian dan renungan bagi kita semua,” ujarnya.
Pada kesempatan itu AKBP Bahrun Nasikin membagikan bola basket, bola volley, dan bola sepak kepada santri sebagai wujud kolaborasi Polda Jatim dan Ponpes Wali Barokah yang terjalin baik selama ini.
Hadir dalam kegiatan ini, Ketua DPD LDII Kota Kediri H.Agung Riyanto beserta jajaran pengurus DPD-PC-PAC se Kota Kediri, Ketua Wanita LDII Kota Kediri, Ketua Pemuda LDII Kota Kediri. Juga Kasat Binmas Polres Kediri Kota, Kapolsek Pesantren, Kapolsek Kota, Ketua SENKOM Mitra Polri Kota Kediri, Ketua PERSINAS ASAD Kota Kediri, Kepala PKPPS Wustha Ulya Wali Barokah dan 500 santri pondok.